PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 1980
TENTANG
PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
NOMOR 30 TAHUN 1980
TENTANG
PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Menimbang
|
:
|
a.
|
bahwa untuk
menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas,
dipandang perlu menetapkan peraturan disiplin PegawaiNegeri Sipil;
|
||||
|
|
b.
|
bahwa
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1952 tentang Hukuman Jabatan
dipandang tidak sesuai lagi, oleh sebab itu perlu ditinjau kembali dan
disempurnakan;
|
||||
Mengingat
|
:
|
1.
|
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang
Dasar 1945;
|
||||
|
|
2.
|
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor
II /MPR /1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa);
|
||||
|
|
3.
|
Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Tahun 1974 Nomor 55 , Tambahan LembaranNegara Nomor 3041);
|
||||
|
|
4.
|
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Pembatasan Kegiatan
Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3021);
|
||||
MEMUTUSKAN :
|
|||||||
Menetapkan
|
:
|
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL.
|
|||||
BAB
I
KETENTUAN UMUM |
|||||||
Pasal 1
|
|||||||
|
|
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang
dimaksud dengan :
|
|||||
|
|
a.
|
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah
peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak
ditaati ataularangan
dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil;
|
||||
|
|
b.
|
pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau
perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja;
|
||||
|
|
c.
|
hukuman disiplin adalah hukuman yang
dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
|
||||
|
|
d.
|
pejabat yang
berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang
menjatuhkan hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil;
|
||||
|
|
e.
|
atasan pejabat yang berwenang menghukum
adalah atasan langsung dari pejabat yang berwenang menghukum;
|
||||
|
|
f.
|
perintah kedinasan adalah perintah yang
diberikan oleh atasan yang berwenang mengenai atau yang ada hubungannya
dengan kedinasan;
|
||||
|
|
g.
|
peraturan
kedinasan adalah peraturan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang mengenai kedinasan atau yang ada hubungannya dengan
kedinasan.
|
||||
BAB II
KEWAJIBAN DAN LARANGAN |
|||||||
Pasal 2
|
|||||||
|
|
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib :
|
|||||
a.
|
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;
|
||||||
b.
|
mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala
sesuatu yang dapat mendesakkepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri
sendiri, atau pihak lain;
|
||||||
c.
|
menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara,
Pemerintah, dan Pegawai Negeri Sipil;
|
||||||
d.
|
mengangkat dan mentaati sumpah/janji
Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
|
||||||
e.
|
menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan
sebaikbaiknya;
|
||||||
f.
|
memperhatikan
dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik langsung menyangkut tugas
kedinasannya maupun yang berlaku secaraumum;
|
||||||
g.
|
melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
|
||||||
|
|
h.
|
bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat
untuk kepentingan Negara;
|
||||
|
|
i.
|
memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan,
persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil;
|
||||
|
|
j.
|
segera
melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah, terutamadi bidang
keamanan, keuangan, dan material;
|
||||
|
|
k.
|
mentaati ketentuan jam kerja;
|
||||
|
|
l.
|
menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
|
||||
|
|
m.
|
menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara
dengan sebak-baiknya;
|
||||
|
|
n.
|
memberikan
pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya
masing-masing;
|
||||
|
|
o.
|
bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil
dan bijaksana terhadap bawahannya;
|
||||
|
|
p.
|
membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya;
|
||||
|
|
q.
|
menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik
terhadap bawahannya;
|
||||
|
|
r.
|
mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi
kerjanya;
|
||||
|
|
s.
|
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan kariernya;
|
||||
|
|
t.
|
mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;
|
||||
|
|
u.
|
berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat,
sesama Pegawai Negeri Sipil, dan terhadapatasan;
|
||||
|
|
v.
|
hormat menghormati antara sesama
warganegara yang memeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
yang berlainan;
|
||||
|
|
w.
|
menjadi teladan sebagai warganegara yang baik dalam
masyarakat;
|
||||
|
|
x.
|
mentaati
segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
|
||||
|
|
y.
|
mentaati perintah kedinasan dari atasan yang
berwenang;
|
||||
|
|
z.
|
memperhatikan dan menyelesaikan dengan
sebaik-baiknya setiap laporan yang
diterima mengenai pelanggaran disiplin.
|
||||
Pasal 3
|
|||||||
|
|
(1)
|
Setiap Pegawai Negeri Sipil dilarang :
|
||||
|
|
|
a.
|
melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau
martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;
|
|||
|
|
|
b.
|
menyalahgunakan wewenangnya;
|
|||
|
|
|
c.
|
tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja
untuk negara asing;
|
|||
|
|
|
d.
|
menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat
berharga milik Negara;
|
|||
|
|
|
e.
|
memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah;
|
|||
|
|
|
f.
|
melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanyadengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara;
|
|||
|
|
|
g.
|
melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam
terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun diluar lingkungan kerjanya;
|
|||
|
|
|
h.
|
menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun
juga yang diketahui atau patut
dapat di duga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan;
|
|||
|
|
|
i.
|
memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan
kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentinganjabatan;
|
|||
|
|
|
j.
|
bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
|
|||
|
|
|
k.
|
melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salahsatu pihak yang
dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
|
|||
|
|
|
l.
|
menghalangi
berjalannya tugas kedinasan;
|
|||
|
|
|
m.
|
membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang
diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan,atau pihak lain;
|
|||
|
|
|
n.
|
bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan
pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansiPemerintah;
|
|||
|
|
|
o.
|
memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan
usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;
|
|||
|
|
|
p.
|
memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatannya tidak berada dalam ruang lingkup
kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikanitu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau
tidak langsung menentukan penyelenggaraanatau jalannya perusahaan;
|
|||
|
|
|
q.
|
melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi,
maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swastabagi yang berpangkat
Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon 1.
|
|||
|
|
|
r.
|
melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga
dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak
lain.
|
|||
|
|
(2)
|
Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d ke bawah yang akan melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf q, wajib mendapat izin tertulis
dari pejabat yang berwenang.
|
||||
BAB III
HUKUMAN DISIPLIN |
|||||||
Bagian Pertama
Pelanggaran Disiplin |
|||||||
Pasal 4
|
|||||||
|
|
|
Setiap ucapan, tulisan,
atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dan Pasal 3, adalah pelanggaran disiplin.
|
||||
Pasal 5
|
|||||||
|
|
|
Dengan tidak mengurangi
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh
pejabat yang berwenang menghukum.
|
||||
Bagian Kedua
Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin |
|||||||
Pasal 6
|
|||||||
|
|
(1)
|
Tingkat Hukuman disiplin terdiri dari :
|
||||
|
|
|
a.
|
hukuman disiplin ringan ;
|
|||
|
|
|
b.
|
hukuman disiplin sedang; dan
|
|||
|
|
|
c.
|
hukuman disiplin berat.
|
|||
|
|
(2)
|
Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :
|
||||
|
|
|
a.
|
tegoran lisan;
|
|||
|
|
|
b.
|
tegoran tertulis; dan
|
|||
|
|
|
c.
|
pernyataan tidak puas secara tertulis.
|
|||
|
|
(3)
|
Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :
|
||||
|
|
|
a.
|
penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun;
|
|||
|
|
|
b.
|
penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala
untuk paling lama 1 (satu) tahun; dan
|
|||
|
|
|
c.
|
penundaan kenaikan
pangkat untuk paling lama 1(satu) tahun.
|
|||
|
|
(4)
|
Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
|
||||
|
|
|
a.
|
penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih
rendah untuk paling lama I (satu) tahun;
|
|||
|
|
|
b.
|
pembebasan dari jabatan;
|
|||
|
|
|
c.
|
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai pegawai Negeri
Sipil; dan
|
|||
|
|
|
d.
|
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil.
|
|||
Bagian
Ketiga
Pejabat yang Berwenang Menghukum |
|||||||
Pasal 7
|
|||||||
|
|
(1)
|
Pejabat yang berwenang rnenghukum adalah :
|
||||
|
|
|
a.
|
Presiden bagi Pegawai Negeri Sipil yang :
|
|||
|
|
|
|
1.
|
berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke
atas, sepanjang mengenai jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d;
|
||
|
|
|
|
2.
|
memangku jabatan struktural eselon I atau jabatan lain
yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya berada di tangan Presiden,
sepanjang mengenai jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b;
|
||
|
|
|
b.
|
Menteri
dan Jaksa Agung bagi Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya masing-masing,
kecuali jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam :
|
|||
|
|
|
|
1.
|
Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d bagi Pegawai
Negeri Sipil yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke atas;
|
||
|
|
|
|
2.
|
Pasal
6 ayat (4) huruf b bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural eselon I atau jabatan
lain yang wewenangpengangkatan dan
pemberhentiannya berada di tangan Presiden;
|
||
|
|
|
c.
|
Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen bagi Pegawai Negeri Sipil dalam
lingkungannya masing-masing, kecuali jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam :
|
|||
|
|
|
|
1.
|
Pasal 6 ayat (4) huruf d;
|
||
|
|
|
|
2.
|
Pasal
6 ayat (4) huruf c bagi Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke
atas;
|
||
|
|
|
|
3.
|
Pasal 6 ayat
(4) huruf b bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural eselon I
atau jabatan lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya berada di
tangan Presiden ;
|
||
|
|
|
d.
|
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bagi Pegawai Negeri
Sipil Pusat yang diperbantukan pada Daerah Otonom dan bagi Pegawai
Negeri Sipil Daerah dalam lingkungannya masing-masing, kecuali
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam :
|
|||
|
|
|
|
1.
|
Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d bagi Pegawai
Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada Daerah Otonom;
|
||
|
|
|
|
2.
|
Pasal 6 ayat (4) huruf d bagi Pegawai Negeri Sipil
Daerah;
|
||
|
|
|
|
3.
|
Pasal 6 ayat (4) huruf c bagi Pegawai Negeri Sipil
Daerah yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke atas;
|
||
|
|
|
e.
|
Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri bagi
Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan pada Perwakilan Republik Indonesia di luar Negeri,
dipekerjakan/diperbantukan pada negara sahabat atau sedang menjalankan
tugas belajar di luar negeri, sepanjang mengenai jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (4) huruf b.
|
|||
|
|
(2)
|
Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) huruf
d bagi Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina golonganruang IV/a ke bawah dalam lingkungan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen hanya dapat dijatuhkan oleh
Menteri/Sekretaris Negara.
|
||||
|
|
(3)
|
Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) huruf d bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
berpangkat Pembinagolongan ruang IV/a ke bawah dalam lingkungan Daerah
Otonom, hanya dapat dijatuhkan oleh Menteri Dalam Negeri atas
usul Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan.
|
||||
Pasal 8
|
|||||||
|
|
Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b huruf c, dan huruf d dapat mendelegasikan
sebagianwewenangnya kepada pejabat lain dalam lingkungan
kekuasaannya untuk menjatuhkan hukuman disiplin dalam lingkungannya
masing-masing, kecuali jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d, dengan ketentuan sebagai
berikut :
|
|||||
|
|
a.
|
untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a dapat didelegasikan kepada pejabat yang memangku jabatan
struktural serendah-rendahnya eselon V atau jabatan lain yang
setingkat dengan itu;
|
||||
|
|
b.
|
untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dapat didelegasikan kepada pejabat yangmemangku
jabatan struktural serendah-rendahnya eselon IV atau pejabat lain yang
setingkat dengan itu;
|
||||
|
|
c,
|
untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) huruf a dapat didelegasikan
kepadapejabat yang
memangku jabatan struktural serendah-rendahnya eselon III
atau jabatan lain yang setingkat dengan itu;
|
||||
|
|
d,
|
untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) dapat didelegasikan kepada pejabatyang memangku jabatan
struktural serendah-rendahnya eselon II atau jabatan lain yang
setingkat dengan itu;
|
||||
|
|
e.
|
untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a dan huruf b dapat didelegasikan kepada pejabat yang memangku
jabatan struktural eselon I atau jabatan lain yang setingkat
dengan itu.
|
||||
Bagian Keempat
Tatacara Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin |
|||||||
Pasal 9
|
|||||||
|
|
(1)
|
Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin,
pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu Pegawai Negeri Sipil
yang disangka melakukan pelanggaran disiplin itu.
|
||||
|
|
(2)
|
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan :
|
||||
|
|
|
a.
|
secara lisan, apabila atas pertimbangan pejabat yang
berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PegawaiNegeri Sipil yang
bersangkutan akan dapat mengakibatkan ia dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2);
|
|||
|
|
|
b.
|
secara tertulis, apabila atas pertimbangan
pejabat yang berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh
PegawaiNegeri Sipil yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan
ia dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4).
|
|||
|
|
(3)
|
Pemeriksaan Pegawai Negeri Sipil yang
disangka melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan secara tertutup.
|
||||
Pasal 10
|
|||||||
|
|
Dalam melakukan pemeriksaan, pejabat yang
berwenang menghukum dapat mendengar
atau meminta keterangan dari orang lain apabila dipandangnya perlu.
|
|||||
Pasal 11
|
|||||||
|
|
Pejabat yang berwenang
menghukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d, dapat memerintahkanpejabat bawahannya
untuk memeriksa Pegawai Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran
disiplin.
|
|||||
Pasal 12
|
|||||||
|
|
(1)
|
Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9, pejabat yang berwenang menghukum memutuskan jenis hukumandisiplin yang
dijatuhkan dengan mempertimbangkan secara seksama pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri
Sipil yangbersangkutan.
|
||||
|
|
(2)
|
Dalam keputusan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), antara lain harus disebutkan pelanggaran disiplin
yang dilakukanoleh Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan.
|
||||
Pasal 13
|
|||||||
|
|
(1)
|
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang berdasarkan hasil
pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin.
|
||||
|
|
(2)
|
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang pernah dijatuhi
hukuman disiplin yang kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya
sama, terhadapnya dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman
disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan kepadanya.
|
||||
Pasal 14
|
|||||||
|
|
(1)
|
Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) huruf a, dinyatakan dan disampaikan secara lisan oleh pejabat yang berwenang menghukum
kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
|
||||
|
|
(2)
|
Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf
b, dan huruf c, dinyatakan secara tertulis dan disampaikan olehpejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan.
|
||||
|
|
(3)
|
Semua jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4), ditetapkan dengan surat
keputusan dan disampaikan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
|
||||
|
|
(4)
|
Penyampaian hukuman disiplin dilakukan
secara tertutup.
|
||||
Bagian Kelima
Keberatan atas Hukuman Disiplin |
|||||||
Pasal 15
|
|||||||
|
|
(1)
|
Pegawai
Negeri Sipil yang dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) tidak dapat mengajukankeberatan.
|
||||
|
|
(2)
|
Pegawai
Negeri Sipil yang dijatuhi salah satu jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4), dapat mengajukan keberatan
kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggalia menerima
keputusan hukuman disiplin tersebut.
|
||||
Pasal 16
|
|||||||
|
|
(1)
|
Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
diajukan secara tertulis melalui saluran hirarki.
|
||||
|
|
(2)
|
Dalam surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dimuat
alasan-alasan dari keberatan itu.
|
||||
Pasal 17
|
|||||||
|
|
(1)
|
Terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Presiden
tidak dapat diajukan keberatan.
|
||||
|
|
(2)
|
Terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, tidak
dapat diajukan keberatan, kecuali
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d.
|
||||
Pasal 18
|
|||||||
|
|
Setiap pejabat yang
menerima surat keberatan atas penjatuhan hukuman disiplin, wajib menyampaikannya kepada atasan pejabat yang
berwenangmenghukum melalui saluran hirarki dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung mulai
tanggal ia menerima surat keberatan itu.
|
|||||
Pasal 19
|
|||||||
|
|
(1)
|
Apabila ada
keberatan dari Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin, maka
pejabat yang berwenang menghukum yang bersangkutan wajib memberikan tanggapan
atas keberatan yang diajukan aleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
|
||||
|
|
(2)
|
Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan
secara tertulis dan disampaikan kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum yang bersangkutan
dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung mulai tanggal ia menerima surat keberatan itu.
|
||||
Pasal 20
|
|||||||
|
|
(1)
|
Atasan
pejabat yang berwenang menghukum yang menerima surat keberatan
tentang penjatuhan hukuman disiplin, wajib mengambilkeputusan
atas keberatan yang diajukan oleh Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung mulai tanggal ia menerima surat keberatan itu.
|
||||
|
|
(2)
|
Apabila dipandang perlu, maka atasan pejabat yang
berwenang menghukum dapat memanggil dan mendengar keterangan pejabat yang berwenang
menghukum yang bersangkutan, Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin, dan atau orang lain yang
dianggap perlu.
|
||||
Pasal 21
|
|||||||
|
|
(1)
|
Atasan pejabat yang berwenang menghukum dapat memperkuat
atau mengubah hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang
menghukum.
|
||||
|
|
(2)
|
Penguatan atau perubahan hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud ayat (1), ditetapkan dengan surat keputusan atasan
pejabat yang berwenang menghukum.
|
||||
|
|
(3)
|
Terhadap keputusan atasan pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), tidak dapat diajukan keberatan.
|
||||
Bagian Keenam
Berlakunya Keputusan Hukuman Disiplin |
|||||||
Pasal 22
|
|||||||
|
|
(1)
|
Hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) yang dijatuhkan kepada
seorang Pegawai Ngeri Sipil berlaku sejak tanggal disampaikan oleh pejabat
yang berwenang menghukum kepada yang bersangkutan.
|
||||
|
|
(2)
|
Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) :
|
||||
|
|
|
a.
|
apabila tidak ada keberatan, mulai berlaku pada hari
kelima belas terhitung mulai tanggal Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima keputusan
hukuman disiplin itu, kecuali jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b,
|
|||
|
|
|
b.
|
apabila ada keberatan, mulai berlaku sejak tanggal
keputusan atas keberatan itu, kecuali jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b;
|
|||
|
|
|
c.
|
jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (4) huruf b, mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menghukum.
|
|||
|
|
(3)
|
Apabila Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman
disiplin tidak hadir pada waktu penyampaian keputusan hukuman disiplin, makahukuman disiplin itu
berlaku pada hari ketiga puluh terhitung mulai tanggal yang ditentukan
untuk penyampaian keputusan hukuman disiplin tersebut.
|
||||
BAB IV
BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN |
|||||||
Pasal 23
|
|||||||
|
|
(1)
|
Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina golongan
ruang IV/a ke bawah yang dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d dapat mengajukan keberatan kepada Badan
Pertimbangan Kepegawaian.
|
||||
|
|
(2)
|
Badan Pertimbangan Kepegawaian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dibentuk dengan KeputusanPresiden.
|
||||
Pasal 24
|
|||||||
|
|
(1)
|
Badan Pertimbangan Kepegawaian wajib
mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan oleh Pegawai Negeri
Sipil kepadanya.
|
||||
|
|
(2)
|
Keputusan yang diambil oleh Badan
Pertimbangan Kepegawaian, adalah mengikat dan wajib dilaksanakan oleh semua
pihak yang bersangkutan.
|
||||
BAB V
KETENTUAN - KETENTUAN LAIN |
|||||||
Pasal 25
|
|||||||
|
|
Apabila ada
alasan-alasan yang kuat, pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf
b, huruf c, dan huruf d dapat meninjau kembalihukuman disiplin yang telah dijatuhkan oleh pejabat
bawahannya yang berwenang menghukum dalam lingkungannya masing-masing.
|
|||||
Pasal 26
|
|||||||
|
|
Pegawai Negeri Sipil
yang meninggal dunia atau mencapai batas usia pensiun pada waktu sedang
menjalani hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a
dan b, dan ayat (4) huruf a, dianggap telah selesai menjalani hukuman disiplin.
|
|||||
Pasal 27
|
|||||||
|
|
(1)
|
Ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah
ini berlaku juga bagi :
|
||||
|
|
|
a.
|
Calon Pegawai Negeri Sipil ;
|
|||
|
|
|
b.
|
Pegawai bulanan di samping pensiun.
|
|||
|
|
(2)
|
Calon Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman
disiplin sedang atau berat, dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadiPegawai Negeri Sipil.
|
||||
|
|
(3)
|
Hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada pegawai
bulanan di samping pensiun, hanyalah jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
dan ayat (4) huruf b.
|
||||
Pasal 28
|
|||||||
|
|
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
|
|||||
Pasal 29
|
|||||||
|
|
Ketentuan-ketentuan teknis tentang
pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan oleh Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara.
|
|||||
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN |
|||||||
Pasal 30
|
|||||||
|
|
Hukuman jabatan yang telah dijatuhkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan sedang dijalani oleh Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan tetap berlaku.
|
|||||
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP |
|||||||
Pasal 31
|
|||||||
|
|
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini,
maka Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 1952 tentang Hukuman Jabatan (Lembaran Negara Tahun1952 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor
202) dan segala peraturan
perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan PeraturanPemerintah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
|
|||||
Pasal 32
|
|||||||
|
|
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
|
|||||
|
|
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar