BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah
ekonomi Indonesia adalah kisah pertarungan gagasan atas dua pokok soal penting:
kepantasan subsidi dan nasib kemakmuran ekonomi. Kerap kali kedua ide tersebut
bertemu dalan satu komoditas utama: minyak. Pada awal 1980-an Indonesia pernah
mendapatkan rezeki minyak (oil boom) akibat harga minyak melesat menjadi
US$ 30/barrel, dari harga sebelumnya dikisaran US$ 10/barrel. Bonanza
minyak itu diperoleh karena Indonesia menjadi eksportir minyak, sehingga tiap
kenaikan harga minyak internasional merupakan berita gembira karena penerimaan
negara meningkat. Tapi, sejak 2003 Indonesia telah menjadi importir neto minyak
sehingga kenaikan harga minyak internasional menimbulkan petaka yang panjang.
Pengalaman 2005 dan 2008 lalu merupakan cerita pahit betapa menderitanya
masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Pemerintah tidak mampu melindungi
rakyatnya dari situasi tersebut, meskipun dana kompensasi sudah diberikan (BLT)
Rencana
pemerintah untuk membatasi subsidi BBM, walaupun terkesan terlambat, layak
untuk diapresiasi. Pertanyaannya, apakah pemerintah benar-benar mempunyai keberanian
untuk merealisasikannya.
Pandangan
tersebut sangat beralasan, mengingat ketidaksolidan pendapat para menteri dalam
berbagai kesempatan,serta pengalaman 2011 di mana pemerintah beberapa kali
berencana mengurangi subsidi BBM tetapi rencana tersebut dibatalkan salah
satunya akibat tidak tahan kritik pengamat.
Kenaikan
BBM yang cukup drastis merupakan konsekuensi yang harus dihadapi akibat ruang
fiskal yang semakin sempit serta ketidakberanian pemerintah menaikkan harga BBM
dalam beberapa tahun terakhir.
Tantangan
utama saat ini adalah bagaimana membangun komunikasi dengan rakyat terkait
dengan rencana pembatasan subsidi serta bagaimana mengalokasikan dana hasil
penghematan secara optimal.
Dengan
bahasa yang mudah dimengerti, masyarakat perlu diedukasi melalui berbagai forum
dan media. Rakyat perlu dipahamkan bahwa Indonesia bukanlah negara yang kaya
akan minyak, gas alam dan batu bara seperti yang dipersepsikan selama ini.
Fakta bahwa harga BBM di Indonesia jauh lebih murah dari pada harga di banyak
negara berkembang perlu dipaparkan dengan jernih.
Pemerintah
perlu membuat program yang menyentuh langsung kepentingan rakyat. Program
seperti pengembangan infrastruktur dan transportasi publik, serta penyediaan
tempat tinggal, sekolah dan rumah sakit murah bagi kalangan berpenghasilan
rendah akan sangat mengena. Pemberian dana bantuan tunai perlu dilanjutkan
dengan nilai yang disesuaikan untuk mengakomodasi kenaikan harga kebutuhan
akibat inflasi. Semua rencana tersebut harus dikomunikasikan dengan baik,
sekali lagi melalui bahasa yang mudah dimengerti rakyat.
Di negeri mana pun, menaikkan harga BBM bukanlah kebijakan populer, tetapi
apabila pemerintah tidak menerapkan rencana tersebut, mereka tidak saja akan
kehilangan kesempatan untuk memperbaiki profil dan efektivitas APBN, tetapi
juga akan kehilangan kredibilitas. Impaknya, efektivitas pemerintah SBY pada
masa mendatang akan semakin menurun dan berpotensi menjadi lame duck,
jauh sebelum Pemilu 2014 dilaksanakan.
Para pemimpin tidak boleh takut kepada pengamat tetapi harus takut kepada
sejarawan; karena sejarawan akan mencatat karya mereka sedangkan pengamat akan selalu
mengkritik setiap kebijakan pemerintah. Bagi seorang pemimpin sejati, tidak ada
yang lebih membanggakan daripada menghasilkan karya besar yang memakmurkan
rakyat dan dicatat oleh sejarah dengan tinta emas.
1.2
Perumusan Masalah
Makalah
ini dibuat untuk mengkritisi dampak dari kenaikan BBM terutama pada
masyarakat terhadap kredibilitas
pemerintah
1.Apa Dampak Kenaikan BBM ?
2.Bagaimana Tindakan Pemerintah?
3.Bagaimana Tindakan Masyrakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Aspek Kenaikan BBM
Kenaikan BBM akan meninggalkan luka mendalam dihati
warga masyarakat, perhitungan ekonomis dengan menggunakan berbagai macam
indikator menginsyaratkan bahwa kenaikan BBM dianggap harga mati, sedangkan
aspek dampak bagi 40 juta masyarakat miskin tidak benar - benar diperhitungkan,
semua dihitung dengan matematik, dengan statistik, dengan rasio dan persentase.
Padahal aspek - aspek yang ditimbulkan dampaknya tidak selalu matematis, Jika
BLT diluncurkan setiap 3 bulan dengan jumlah Rp. 150.000,00 /KK atau Rp.
150.000,00/Anggota Keluarga maka berapa pemasukan dari BLT, bandingkan dengan
kenaikan transportasi, kesulitan pelaku transportasi karena penumpang akan
lebih memilih kredit motor dibandingkan naik angkutan umum yang notabene
memiliki dampak pengeluaran yang sama tetapi memiliki nilai investasi yang
berbeda. Kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan harga - harga lain yang
secara tidak langsung berhubungan dengan kenaikan BBM.
Kenaikan BBM bisa menjadi alasan politis, bisa menjadi
alasan ekonomis, bisa juga tanpa beralasan, penulis tidak melihat aspek
kenaikan ini tetapi melihat dampak dari kenaikan ini, setelah BBM dinaikkan
maka semua peneliti sosial wajib melakukan penyebaran kuesioner terkait dengan
daya beli, apakah daya beli masyarakat cenderung turun atau cenderung tetap,
jika daya beli menurun maka akankah mereka merasa sejahtera jika kebutuhan
dasarnya tidak terpenuhi, berapa bisnis yang akan gulung tikar, jika banyak
perusahaan gulung tikar berapa banyak kejadian PHK, jika banyak kejadian PHK
maka daya beli masyarakat akan semakin turun.
Jika memenuhi kebutuhan dasar saja gagal, kriminalitas
akan naik atau turun, jika kemudian kriminalitas menjadi naik, akankah
masyarakat merasa aman, masyarakat merasa nyaman, jika jalan - jalan saja harus
menyimpan kekhawatiran pencurian, perampokan, penjambretan dll. apakah aspek
ini sudah benar - benar dikaji oleh pemerintah, apakah aspek - aspek sosial,
psikologis sudah diantisipasi? jika kenaikan BBM justru menjadi sebuah bahan
bakar terjadinya ketidakpercayaan kepada pemerintah, jika kenaikan BBM menjadi
sebuah pemicu munculnya kerusuhan secara massal, masihkah menaikkan BBM menjadi
satu - satunya pilihan?
Salah satu bahaya yang paling ditakuti dari sebuah
rasa ketidakamanan dan ketidaknyamanan adalah rasa frustasi, rasa kecewa, jika
akumulasi kekecewaan ini mencapai puncak yang tidak dapat ditahan oleh koping
manusia maka kerusuhan, penjarahan, kriminalitas, kejahatan akan menjadi sebuah
berita rutin yang didengar paska kenaikan harga BBM, tidak semua bisa dimatematis,
tetapi tidak ada sebuah kejadian pun yang tidak menimbulkan dampak maupun
akibat.
2.2 Kredibilitas Pemerintahan
Tahun
1993, James Kouzes dan Barry Posner meluncurkan edisi pertama buku ini. Pada
era tersebut, para pemimpin belum dibekali teknologi informasi yang canggih
ataupun bantuan dari para konsultan yang marak ditemui saat ini. Saat itu,
kedua pemikir kepemimpinan terkemuka ini menemukan bahwa inti kepemimpinan yang
efektif terletak pada kredibilitas individu yang terdiri atas kejujuran,
kompetensi dan kemampuan menginspirasi.
Setelah
hampir dua dekade berlalu, dunia berubah total. Berbagai krisis mulai dari krisis ekonomi, krisis politik,
hingga krisis kepercayaan melanda dunia.
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini, Kouzes dan Posner merasa perlu
kembali mengingatkan pentingnya kredibilitas bagi para pemimpin. Karena alasan
tersebut, mereka merevisi total edisi pertama buku ini dan menulis ulang peran
kredibilitas berdasarkan riset global yang telah mereka lakukan sepanjang 30
tahun terakhir.
Dalam
riset yang melibatkan lebih dari 100 ribu responden dari seluruh dunia itu,
mereka juga mewawancarai ratusan pemimpin dunia dari berbagai latar belakang,
mulai dari dunia bisnis, pemerintahan, pendidikan, agama hingga sektor nonprofit.
Hasil riset tersebut ternyata konsisten dengan temuan mereka dua dasawarsa yang
lampau. Fondasi utama kepemimpinan masa kini adalah kredibilitas, yang terdiri
dari kejujuran, kompetensi, kemampuan menginspirasi, ditambah satu
karakteristik baru: berpandangan ke depan.
Mengapa
kredibilitas sangat penting? Seorang pemimpin yang kredibel akan membuat
anggotanya merasa bangga menjadi bagian dari organisasi, menjadi bersemangat,
memiliki komitmen serta loyalitas dan rasa saling memiliki terhadap organisasi.
Sebaliknya, pemimpin yang memiliki kredibilitas rendah membuat anggotanya
bekerja hanya pada saat diawasi, termotivasi hanya oleh uang dan materi semata,
serta merasa tidak betah berlama-lama menjadi anggota organisasi tersebut
(halaman 29).
Jenderal
David Petraeus, komandan pasukan Amerika Serikat di Afghanistan yang kini
Direktur CIA, mengamini vitalnya peran kredibilitas seorang pemimpin ini.
Jenderal bintang empat yang juga doktor lulusan Princeton ini berkisah bahwa
suatu saat, di tengah kekacauan dan situasi genting yang dihadapi pasukannya,
seorang prajurit datang menghadap. Prajurit itu berkata bahwa satu-satunya yang
dapat diandalkan oleh pasukannya saat itu hanyalah kredibilitas sang jenderal,
and they took that pretty seriously!
Bagaimana
cara seorang pemimpin membangun dan menjaga kredibilitasnya? Kouzes dan Posner
merumuskannya dalam 6 poin disiplin. Disebut sebagai disiplin karena
kredibilitas adalah sesuatu yang diraih dengan kerja keras dan komitmen tinggi.
Disiplin
pertama adalah discover yourself. Seorang pemimpin harus mampu memahami dirinya
lebih dulu sebelum memahami orang lain. Artinya, pemimpin harus memiliki sikap
dan nilai-nilai yang selalu ia pegang teguh dalam mengambil keputusan. Di sini
pemimpin juga dituntut memiliki kompetensi yang memadai dalam menjalankan
fungsi dan tanggung jawabnya.
Disiplin
kedua, menghargai bawahan. Proses ini berupa menyelaraskan nilai yang dianut
pemimpin dengan nilai yang dipegang teguh bawahannya. Dalam proses ini,
pemimpin dituntut lebih banyak mendengarkan, membangun dialog dan menghargai
perbedaan pendapat dalam organisasi (halaman 75). Di era media sosial saat ini,
salah satu cara efektifnya adalah berpartisipasi aktif dalam blog korporasi.
Disiplin
ketiga, menegaskan nilai-nilai bersama. Nilai-nilai bersama adalah dasar dalam
membangun hubungan kerja yang produktif dan tulus. Ketika organisasi mulai
menjadi besar, bahkan melintasi batas antarnegara, nilai-nilai bersama ini
diperlukan untuk menegaskan identitas dan budaya organisasi. Salah satu caranya
dengan selalu menanamkan nilai-nilai bersama ke dalam proses organisasi, mulai
dari proses rekrutmen anggota baru, pelatihan hingga proses promosi.
Disiplin
keempat, membangun kapasitas bawahan. Lima kapasitas yang harus dibangun adalah
kompetensi, kebebasan memilih, rasa percaya diri, iklim organisasi, dan
komunikasi. Yang menarik, dalam upaya membangun kompetensi, peran pemimpin
hanyalah educate, educate, and educate (halaman 114). Survei yang dilakukan
McKinsey pada 2010 mengungkap, 58% eksekutif berpendapat bahwa membangun
kompetensi ada dalam tiga besar prioritas organisasi, sementara 90% eksekutif
menganggap hal tersebut ada dalam 10 besar prioritas organisasi mereka. Dalam
survei yang sama disebutkan bahwa fungsi utama kepemimpinan adalah membangun
kompetensi bawahan.
Disiplin
kelima, melayani. Kepemimpinan pada dasarnya memberikan pelayanan ke seluruh
organisasi. Konsep ini telah banyak dibahas dalam topik-topik mengenai servant
leadership. Salah satu cara termudah mengukur keseriusan seorang pemimpin
adalah dengan mengamati berapa banyak waktu yang dicurahkan oleh pemimpin untuk
bawahan dan organisasinya. Bagi seorang pemimpin, time is the only true
resource. Selain itu, pemimpin yang kredibel termasuk yang pertama kali
mengetahui adanya masalah dalam organisasi, dan yang pertama kali pula
bertindak menyelesaikan masalah itu.
Disiplin
yang terakhir adalah senantiasa menjaga harapan dan semangat bawahan. Pemimpin
adalah orang yang senantiasa menyebarkan antusiasme dan rasa percaya yang
tulus, mendorong kemauan bawahan, menyediakan sumber daya yang dibutuhkan,
serta menyiratkan optimisme untuk masa depan yang lebih baik. Seburuk apa pun
kondisi yang tengah dihadapi, pemimpin adalah figur yang selalu tampil penuh
percaya diri, berpikir positif, dan memiliki can-do attitude.
Sebagai
seorang manusia, pemimpin bisa jadi melakukan kesalahan yang mengakibatkan
hilangnya kredibilitas. Untuk mendapatkan kembali kredibiltas, ada 6 langkah
yang harus dilakukan. Kouzes dan Posner menyebutnya sebagai Six A’s of
Leadership Accountability, yang terdiri dari Accept, Admit, Apologize, Act,
Amend, and Attend. Langkah pertama untuk mendapatkan kembali kredibilitas
adalah menerima (accept) konsekuensi yang diakibatkan kesalahan tersebut.
Kemudian secara terbuka mengakui (admit) kesalahan, dan meminta maaf
(apologize) kepada pihak yang dirugikan atas kesalahan yang telah dibuat. Tahap
berikutnya, bertindak langsung (act) untuk memperbaiki (amend) kesalahan yang
telah terjadi. Terakhir, hadir (attend) secara langsung dalam setiap langkah
perbaikan, bersedia menerima kritik dan saran atas aksi perbaikan yang dilakuan
(halaman 149).
Kesuksesan
sebuah organisasi dalam menyikapi perubahan lingkungan sangat bergantung pada
bagaimana kredibilitas sang pemimpin. Namun tentu saja pemimpin tidak dapat
melakukannya sendirian. Setiap orang patut berbagi tanggung jawab dan membangun
rasa saling percaya untuk sebuah kerja besar yang hendak dicapai. Dengan
demikian, pada akhirnya kredibilitas adalah milik setiap individu.
2.3 Sudut Kenaikan BBM
Sikap Kami Terhadap Kenaikan BBM
Seperti yang kita
ketahui, Indonesia lagi “panas” tentang isu kenaikan BBM. Bagaimana sikap kita?
Bagaimana sikap kami? Supaya adil, kami akan mencoba objektif menjelaskan dari
beberapa sudut pandang untuk dianalisis kemudian disimpulkan.
“Berpikir objektif
sangat penting untuk pengambilan sikap yang tepat. Dinginkan kepala, lalu
berpikir.”
1.
Sudut Pandang Pemerintah
Alasan pemerintah
adalah untuk menyelamatkan negara dari anggaran yang membengkak. Hal ini
disebabkan karena harga minyak dunia naik sehingga beban subsidi BBM akan
bertambah besar. Mau tidak mau harga harus naik!
2.
Sudut Pandang Pengusaha
BBM naik menyebabkan
biaya operasional naik. Hal ini bisa dicover dengan naikin harga barang yang
diproduksi.
3.
Sudut Pandang Akademisi
BBM naik menyebabkan
harga barang naik. Rakyat makin susah. Tolak!
4.
Sudut Pandang Masyarakat
Pasrah, cuma bisa
terima.
5.
Sudut Pandang Parpol Oposisi
BBM naik, rakyat
merasa susah! Ayo tolak ramai-ramai !
Analisis kami.
Benarkah sudut pandang pemerintah?
Adalah hal yang benar
jika harga minyak dunia naik, maka subsidi BBM akan bertambah. Ada yang tidak
setuju, katanya harga minyak jangan ngikutin harga minyak dunia. Penjelasannya
simpel, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan minyaknya sendiri. Masih harus
impor makanya harga BBM kita masih bergantung sama harga minyak dunia.
Lalu muncul analisis
ekonom Pak Kwik yang menjelaskan bahwa harga minyak naik, pemerintah masih
untung, jadi tidak perlu naik. Hal ini memang benar jika dilihat dari satu sisi
saja. Secara ekonomi memang dari hasil jual beli BBM meskipun pemerintah
memberikan subsidi Pertamina tetap memberikan keuntungan! Lantas mengapa harus
naik?
Disini kami
menjelaskan alasan yang paling tepat mengapa BBM harus naik. “Meningkatkan
Efisiensi Anggaran”. Seperti yang kita ketahui, subsidi BBM ini banyak yang
salah sasaran. Contohnya, Entah sudah berapa banyak BBM subsidi yang habis
kebakar karena macet. Habis kebakar buat lomba balapan liar. Habis kebakar cuma
karena gengsi ingin ke kampus menggunakan mobil, dan banyak contoh lainnya.
Apakah tepat sasaran?
Jadi subsidi BBM yang
berhasil dihemat bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan dan
kesehatan buat masyarakat miskin yang jelas lebih tepat sasaran. Tapi apakah berarti pemerintah benar? Tidak
seluruhnya! Ada celahnya. Benar bahwa peningkatan efisiensi anggaran bisa
dilakukan dengan mengurangi subsidi BBM yang salah sasaran, tetapi peningkatan
efisiensi juga harus dilakukan di bidang yang lain!
FYI salah satu
penyebab APBN membengkak adalah reformasi birokrasi, dimana gaji PNS dinaikkan
dengan tujuan mengurangi korupsi dan meningkatkan performa kinerja pemerintah.
Hasilnya? Gaji naik tapi korupsi jalan terus! Pemerintah juga terlihat tidak
ada upaya serius untuk memerangi korupsi bahkan KPK ingin dikebiri lagi oleh
DPR tercinta. Belum lagi isu Banggar DPR yang boros! Renovasi ruang rapat dan
toilet yang menghabiskan uang milyaran, dan banyak kasus lainnya.
Jadi sampai disini
kesannya, peningkatan efisiensi anggaran dibebankan kepada masyarakat saja.
Kita disuruh bayar BBM lebih mahal, tapi pemerintah masih korupsi. Tidak
meningkatkan efisiensi birokrasi yang justru penghematannya bisa jadi lebih
besar daripada menaikkan harga BBM.
Inilah yang
menyebabkan penolakan dari orang-orang yang cerdas. Mereka tidak percaya bahwa
pemerintah dapat menggunakan subsidi yang berhasil dihemat dengan bijak.
“Paling dikorupsi lagi”, ujar masyarakat. Selain itu solusi yang ditawarkan
adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Selain rawan diselewengkan oleh
oknum tidak bertanggung jawab, ini merupakan solusi sementara saja untuk
memanjangkan umur masyarakat miskin.
2.4 Dampak
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Dalam situasi ekonomi
masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga
BBM akan menimbulkan kemarahan massal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat
akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk
menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM ini merupakan tindakan
pemerintah yang beresiko tinggi.
Meskipun demikian, kenaikan
harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif.
A ) Dampak Positif
1)
Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternative.
Seiring dengan melonjaknya harga minyak
dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh
masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harganya juga lebih murah
dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat
dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar
alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam.
Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak
menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas,
dan kendaraan lainnya.
2)
Pembangunan Nasional akan lebih pesat
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena
dana APBN yang awalnya digunakan untuk
memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan
untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.
3)
Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara)
Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka
jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.
4)
Mengurangi Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat
akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan
bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.
B ) Dampak negatif
1)
Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi
lebih mahal. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh
naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.
2)
Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan
berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah).
3)
Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan
oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi dll.
4)
Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka
rantai perekonomian akan terputus.
5)
Terjadi
Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan,
maka kemungkinan akan terjadi PHK.
6)
Inflasi.
Inflasi akan terjadi jika harga BBM mengalami kenaikan. Inflasi yang terjadi
karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.
2.4.1 Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian
Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan
terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat dihindari karena bahan
bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, dan
merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk mengganti
penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi
BBM dicabut, harga BBM akan naik. Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang
tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap banyak beredar di masyarakat. Jika
harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama
dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push Inflation”. Karena inflasi ini
terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya produksi. Ini jika inflasi dilihat
berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan sumbernya, yang
akan terjadi adalah “Domestic Inflation”,
sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.
Kenaikan
harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya
kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya
distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal,
daya beli merosot, karena penghasilan masyarakat yang tetap. Ujungnya
perekonomian akan stagnan dan tingkat kesejahteraan terganggu.
Di
sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah
semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya
sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang.
Hal-hal
di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi
pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita
merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih
membutuhkan impor bahan baku minyak juga.
Dengan
tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga
semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan
pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya
harga ekspor komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit
mentah (CPO) merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak
akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi
minyak.
2.4.2 Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional
Kenaikan
harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi
terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut:
1.
Inflasi
akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,
2.
Inflasi
dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat,
3.
Inflasi
dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.
Inflasi memiliki dampak
positif dan dampak negatif,
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang
parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Sementara
dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang
diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan
para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum
spekulan, para pedagang dan industriawan, dan para debitur.
Inflasi
dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi
suatu wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan
harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen
(IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat
yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi
dari suatu barang dan jasa.
2.4.3 Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Inflasi
Beberapa
kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi terjadinya inflasi
adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Moneter
1.
Politik Diskonto
Untuk mengatasi terjadinya inflasi, maka bank
sentral harus mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara bank sentral akan
menaikan tingkat suku bunga pinjaman kepada bank umum. Kebijakan ini juga
disebut dengan Rediscount Policy atau
kebijakan suku bunga.
2.
Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Dalam politik pasar terbuka, bank sentral
akan menjual (jika terjadi inflasi) atau membeli (jika terjadi deflasi)
surat-surat berharga kepada masyarakat, sehingga ada arus uang yang masuk dari
masyarakat ke bank sentral.
3.
Menaikan Cash Ratio (Persediaan Kas)
Cash Ratio merupakan perbandingan antara
kekayaan suatu bank dengan kewajiban yang harus dibayarkan. Untuk mengatasi
inflasi, bank sentral akan menaikan cadangan kas bank-bank umum sehingga jumlah
uang yang bisa diedarkan oleh bank umum kepada masyarakat akan berkurang.
4.
Kebijakan Kredit Selektif (Selective Credit Control)
Untuk mengatasi inflasi atau mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka diambil kebijakan memperketat
kredit atau pinjaman bagi masyarakat.
5.
Margin Requirements
Kebijakan ini digunakan untuk membatasi
penggunaan untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga.
b. Kebijakan Fiskal
Dalam
kebijakan fiskal, untuk mengatasi inflasi pemerintah harus mengatur penerimaan
dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah. Dalam hal penerimaan, pemerintah
bisa menaikan tarif pajak, sehingga jumlah penerimaan pemerintah meningkat. Kebijakan yang kedua adalah Expenditure Reducing, yakni mengurangi
pengeluaran yang konsumtif, sehingga akan mempengaruhi terhadap permintaan
(Demand Full Inflation).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Isu
kenaikan harga BBM subsidi sudah muncul sejak setahun lalu. Isu ini terus
berkembang hingga muncul rencana membatasi pemakaian BBM subsidi. Sejak itu
banyak spekulan yang bermain di bisnis ini mencoba mengambil untung. Caranya
BBM ditimbun, dan harga pun melambung tinggi.
Kenaikan
harga BBM memang pada dasarnya tidak dapat dipungkiri sehubungan dengan
berbagai faktor-faktor baik internal dan eksternal yang menekan perekonomian
negara. Meroketnya hutang akibat peningkatan ABPN yang harus dialokasikan untuk
subsidi BBM. Selain itu, demi mewujudkan peningkatan daya beli masyarakat dan
kemandirian perlu adanya upaya untuk terus merangsang masyarakat demi tidak
berpangkunya pada subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Dengan
mempertimbangkan berbagai aspek tersebut, menerima kebijakan pemerintah untuk
melakukan pengurangan subsidi BBM diharapkan dapat menjadi jawaban atas
berbagai persoalan ini. Pemerintah harus berani bersikap bahwa, beban anggaran
akan semakin berat kalau tidak dinaikkan. Namun, ada beberapa hal yang perlu
menjadi catatan untuk diperhatikan pemerintah. Rencana kenaikan harga BBM
subsidi telah disambut dengan berbagai aksi demonstrasi, mulai dari mahasiswa
hingga buruh.
Pada
akhirnya kebijakan pun di buat oleh pemerintah dengan dilaksanakannya Sidang
Paripurna melalui voting anggota DPR. Meski sidang paripurna pada hari
Jum’at, 30 Maret 2012 malam kemarin sangat lama dan diwarnai dengan kealotan
serta kericuhan, akhirnya dapat diambil kesimpulan yakni “opsi kenaikan BBM
bersyarat di sepakati DPR. Kabar gembira, kenaikan BBM 1 April tidak mungkin di
lakukan . Karena dengan alasan harga ICP sekarang tak memungkinkan dinaikannya
BBM. Tapi, bila harga minyak mentah Indonesia mencapai US$ 120,75 per barel
maka kemungkinan besar BBM akan tetap segera dinaikan. Jalan sidang cukup alot
tapi telah disepakati bahwa BBM tidak jadi dinaikan hingga menunggu
perkembangan sampai 6 bulan berjalan akan di naikan kembali atau tidak.
3.2 SARAN DAN SOLUSI
Terlambatnya respons pemerintah untuk
mengelola ekspektasi inflasi akan membuat tingkat inflasi tahun ini bergerak
liar dan memberikan dampak yang tidak terlalu menggembirakan bagi perekonomian
Indonesia. Karena itu, beberapa langkah harus mendapat prioritas pemerintah dan
BI untuk meredam ekspektasi inflasi.
Pertama, pemerintah harus lebih fokus dan
inovatif untuk menjaga dan memperbaiki manajemen stok sebagai jaminan bahwa
barang (juga jasa), khususnya barang kebutuhan pokok, tersedia di pasaran pada
tingkat harga wajar. Selain memperbaiki jalur distribusi, pemerintah juga harus
mempersiapkan diri secara matang untuk melakukan operasi pasar.
Kedua, penegakan hukum untuk meredam
munculnya motif-motif spekulatif, seperti penimbunan BBM dan barang kebutuhan
pokok lainnya, perlu lebih diintensifkan. Dalam kaitan ini, pemerintah perlu
lebih serius melakukan penataan sistem monitoring dan evaluasi agar tindakan
bisa segera dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan spekulatif. Aktivasi Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu menjadi bagian dari penataan sistem
monitoring dan evaluasi ini.
Ketiga, menekan biaya produksi yang selama
ini membebani baik sektor pertanian atau industri. Dalam kaitan dengan sektor
pertanian,ada baiknya pemerintah menjamin stabilitas harga dan ketersediaan
beberapa saprodi (sarana produksi pertanian), seperti pupuk, pestisida, dan
benih. Dalam kaitan dengan sektor industri, fokus perhatian harus lebih
diarahkan untuk mengeliminasi faktor-faktor yang mendorong munculnya fenomena
ekonomi biaya tinggi (seperti biaya birokrasi dan pungutan liar).
Keempat, untuk menjaga persepsi pasar bahwa
inflasi terkendali, ada baiknya BI tidak terlalu sensitif untuk menaikkan BI
Rate. Artinya, BI rate sebaiknya tetap dipatok pada level 5,75 persen dan BI
bisa menggunakan instrumen moneter lainnya, seperti giro wajib minimum (GWM),
untuk menstabilkan likuiditas.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional.
(2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:
Balai Pustaka.
Hamid, Edi Suandi. (2000). Perekonomian Indonesia: Masalah dan
Kebijakan
Kontemporer. Jogjakarta: UII Press.
Jaka, Nur dkk. (2007). Intisari Ekonomi untuk SMA. Bandung: CV
Pustaka
Mandiri.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Makroekonomi Edisi-6. Jakarta: Erlangga.
Rosyidi, Suherman. (2009). Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada
Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Pers.
Samuelson, Paul A. dan William D.
Nordhaus. (1986). Ekonomi Edisi Ke-12.
Jakarta:
Erlangga.
Wahyuningsih, Endang. (2012). Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap
Kondisi
Ekonomi Indonesia.